Di panggung ekonomi nasional, ada dua pemain utama yang sering dibandingkan: UMB (Usaha Menengah-Besar) dan UMK (Usaha Mikro-Kecil). Yang satu punya modal besar, akses pasar luas, dan dekat dengan kebijakan makro. Yang lain penuh keterbatasan, tapi jumlahnya jauh lebih banyak dan menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.
Pertanyaannya: siapa yang benar-benar diuntungkan dari kebijakan ekonomi makro? Dan bisakah koperasi menjadi jalan tengah agar UMK tak sekadar jadi penonton?
Ekonomi Makro: Panggung UMB
Teori ekonomi makro selama ini mengatur hal-hal besar: pertumbuhan PDB, stabilitas inflasi, suku bunga, dan investasi asing (IMF, 2023). Di atas kertas, ini memang penting untuk kesehatan ekonomi. Tapi kenyataannya, panggung ini lebih mudah dimainkan oleh UMB.
Pemerintah mendapat keuntungan lewat stabilitas fiskal dan pajak.
Perusahaan besar lebih leluasa memanfaatkan insentif, pinjaman bank, dan pasar global.
UMK? Sering hanya menerima efek trickle down yang kadang tak sampai ke dapur (OECD, 2019).
Koperasi: Panggung UMK
Di sisi lain, koperasi hadir sebagai instrumen yang lebih membumi. Ia menghimpun kekuatan kecil menjadi besar, memberi akses modal, dan menciptakan solidaritas ekonomi (Birchall, 2003).
Jika ekonomi makro adalah panggung elite, maka koperasi adalah panggung rakyat kecil.
UMK bisa mengakses pembiayaan dan pasar melalui koperasi.
Posisi tawar meningkat karena bergerak bersama, bukan sendiri-sendiri.
Rantai pasok bisa diperkuat, asal ada dukungan dari pemerintah dan keterlibatan UMB (Birchall & Ketilson, 2009).
Pertarungan atau Kolaborasi?
Realitanya, UMB dan UMK bukan harus saling menjatuhkan. Justru keduanya bisa saling menguatkan lewat skema yang disebut โMitra Inklusifโ:
> UMB berperan sebagai pembeli, mentor, sekaligus investor bagi UMK.
> UMK memasok barang/jasa dengan kualitas standar, lewat koperasi sebagai penghubung.
> Pemerintah memberi regulasi dan insentif fiskal agar kolaborasi ini berjalan.
Dengan pendekatan ini, UMB tidak lagi dipandang sebagai โatasanโ yang mengendalikan, tetapi sebagai mitra yang merangkul UMK secara inklusif dalam ekosistem ekonomi (Zamagni, 2012).
Belajar dari Dunia
Beberapa negara membuktikan bahwa โduetโ UMB dan UMK bisa jadi mesin pertumbuhan bersama:
Korea Selatan: perusahaan raksasa seperti Samsung dan Hyundai diwajibkan melibatkan UMK dalam rantai pasok mereka (OECD, 2019).
Italia: wilayah Emilia-Romagna terkenal dengan koperasi produksi yang mampu bersaing di pasar internasional (Zamagni, 2012).
Jerman: konsep Mittelstand (perusahaan menengah) menjembatani UMB dan UMK, sehingga tercipta ekosistem industri yang solid.
Menyempurnakan Ekonomi Nasional
Kalau ekonomi makro terus dijalankan tanpa memperhatikan UMK, jurang kesenjangan hanya akan semakin lebar. Sebaliknya, jika koperasi berdiri sendiri tanpa dukungan makro dan UMB, ia akan sulit bersaing di era global.
Maka solusinya adalah ekonomi makro berbasis koperasi sebagai Mitra Inklusif:
> Stabilitas makro tetap dijaga.
> Koperasi diperkuat sebagai wadah UMK.
> UMB menjadi mitra inklusif yang strategis, bukan pesaing.
Indikator baru ditambahkan: bukan hanya PDB, tapi juga Indeks Kesejahteraan UMK (Yunus, 2007; Yunus & Moingeon, 2010).
Akhirnya, pertanyaan yang paling penting bukan lagi siapa yang menang antara UMB dan UMK, tapi: maukah keduanya menjadi Mitra Inklusif, maju dan sejahera bersama?
Referensi
- Birchall, J. (2003). Rediscovering the cooperative advantage: Poverty reduction through self-help. Geneva: International Labour Organization.
- Birchall, J., & Ketilson, L. H. (2009). Resilience of the cooperative business model in times of crisis. International Labour Organization.
- International Monetary Fund. (2023). World Economic Outlook: Navigating global divergences. Washington, DC: IMF.
- OECD. (2019). Enhancing SME productivity: Policy highlights on the role of digitalisation and innovation. Paris: OECD Publishing.
- Yunus, M. (2007). Creating a world without poverty: Social business and the future of capitalism. New York: PublicAffairs.
- Yunus, M., & Moingeon, B. (2010). Building social business models: Lessons from the Grameen experience. Long Range Planning, 43(2โ3), 308โ325. https://doi.org/10.1016/j.lrp.2009.12.005
- Zamagni, S. (2012). Cooperative enterprise: Facing the challenge of globalization. Euricse Working Paper, 41/12. European Research Institute on Cooperative and Social Enterprises.