Mbois! Solidaritas Arek Malang untuk Sumatra Tembus Rp109 Juta di NGALAMALANG: Sound of Humanity

A+A-
Reset
Dengarkan Berita

Sebuah rekam jejak kemanusiaan baru saja terukir di Bhumi Arema. Aksi solidaritas besar bertajuk “NGALAMALANG: Sound of Humanity” yang berlangsung di Lapangan SM Boomi Carnival, Kota Malang, pada Jumat, 19 Desember 2025, berhasil mengumpulkan donasi untuk korban bencana di Sumatra sebesar Rp109.103.256.

Angka fantastis ini lahir dari sebuah gerakan kolektif lintas komunitas yang membuktikan bahwa musik adalah jembatan paling kokoh untuk mengirimkan dukungan ke tanah Sumatra. Di mana, dalam acara yang mengusung tema “Satu Rasa, Satu Jiwa, Untuk Sumatra” ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari musisi, pelaku seni, hingga UMKM.

Dalam acara tersebut, Arema Voice membuka panggung “NGALAMALANG: Sound of Humanity” dengan lagu-lagu persaudaraan yang emosional. Kemudian, masyarakat Malang Raya yang hadir disuguhkan oleh penampilan Arca Tatasawara dengan nuansa etniknya, serta rock n’ roll dari The Binals yang menjaga tensi tetap stabil.

Energi penonton terus dipacu lewat dentuman elektronik Eternal Disko, yang kemudian disambut distorsi cadas dari Red Valley serta kemegahan rock milik Kastil. D’Kross hadir membawa marwah persaudaraan Malang Raya, disusul oleh Karat yang tampil membara untuk menunjukkan bahwa musik keras pun memiliki hati yang lembut.

Di sela-sela penampilan mereka ini, ada juga lelang merchandise dari para musisi Malang Raya yang tampil. Misalnya seperti topi original dari The Binals yang laku senilai Rp70 ribu hingga paket merchandise eksklusif dari Red Valley yang terdiri dari kaos, tote bag, tumbler, serta pick gitar laku senilai Rp200 ribu.

Warna musik di panggung utama kembali kaya saat Ishokuichi membawa nuansa pop-punk, bersahutan dengan intensitas tinggi dari Fallen to Pieces. Green Master kemudian mengambil alih panggung dengan balutan rock/nu-metal yang sarat pesan sosial, sebelum Iksan Skuter feat Bagava membawa semua orang merenung lewat lirik-lirik folk yang kritis.

Kegagahan simfoni metal dari Vespherya sempat membius lapangan, sebelum akhirnya suasana syahdu dalam petikan gitar akustik Pagi Tadi. Lalu, Tropical Forest hadir membawa pesan kelestarian alam untuk mencegah bencana serupa di masa depan, disusul Tani Maju yang tampil kontemplatif dengan menunjukkan sisi solidaritas mendalamnya.

Menjelang puncak NGALAMALANG: Sound of Humanity, panggung dimeriahkan dengan penampilan Nganchuk Crew feat King Abdi Jajan Mercon yang membawa narasi keresahan sosial yang tajam soal bencana di Sumatra. Lalu, disusul dentuman ska-punk Begundal Lowokwaru yang membuat massa semakin menyatu dalam energi luar biasa.

Sebagai penutup yang sakral, sang legenda Anto Baret naik ke atas panggung dengan karisma yang meneduhkan jiwa setiap orang yang hadir. Sosok sentral Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) ini membawa suasana ke titik paling kontemplatif melalui lirik-lirik baladanya yang sarat akan pesan kebijaksanaan dan kritik kemanusiaan.

Sebelum lagu terakhir Anto Baret berkumandang, ada sesi penyerahan donasi yang terkumpul secara simbolis kepada Gimbal Alas Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Pelaksana NGALAMALANG: Sound of Humanity, Jadmiko Adi W, menyampaikan rasa terima kasih mendalam atas kedermawanan Arek Malang.

Ia juga menegaskan bahwa donasi untuk korban bencana di Sumatra tidak berhenti hari ini saja, namun masyarakat dapat terus berkontribusi melalui QRIS resmi NGALAMALANG yang tersebar di media sosial hingga billboard di jalan raya. ”Semoga donasi yang terkumpul ini dapat diterima saudara-saudara di Sumatra dengan penuh kebahagiaan,” harapnya.

Malam yang emosional tersebut akhirnya ditutup oleh Anto Baret dengan lagu “Kabar Damai” yang dinyanyikan secara bersama-sama dengan panitia dan penonton. Lagu yang masuk dalam Album Sketsa Jalanan ini menjadi sebuah doa nada yang diharapkan mampu memeluk setiap duka yang sedang terjadi di tanah Sumatra.

Sebagaimana diketahui, menurut data BNPB per 19 Desember 2025 pukul 24.00 WIB, tercatat bahwa jumlah korban meninggal dunia mencapai 1.071 jiwa. Lalu, 185 orang masih dinyatakan hilang, serta 147.236 rumah hancur di 52 kabupaten/kota. Hal ini membuktikan bahwa duka Sumatra sangat mendalam dan butuh uluran tangan semua pihak.

Tinggalkan Komentar

Catatan:
Dengan mengisi formulir ini, Anda setuju dengan penyimpanan dan penanganan data Anda oleh EPOCHSTREAM. Kami tentu menjamin kerahasiaan dan keamanan data Anda sesuai peraturan yang berlaku. Selengkapnya, baca Kebijakan Privasi dan Ketentuan Layanan kami.

ARTIKEL TERKAIT