Malang Raya, yang meliputi Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, tengah bersiap merayakan edisi ke-11 dari gelaran Indonesia Creative Cities Festival (ICCF). Dengan mengusung tema “Nusantaraya: Dari Malang Raya untuk Nusantara”, ICCF 2025 dijadwalkan berlangsung pada tanggal 6-9 November 2025.
ICCF adalah kegiatan tahunan yang dipelopori oleh Indonesia Creative Cities Network (ICCN), sebuah jejaring lintas komunitas kreatif yang telah aktif sejak 2015. Kegiatan ini dirancang untuk merayakan kreativitas dan pencapaian para pelaku ekonomi kreatif di berbagai kabupaten/kota di Indonesia, sekaligus mempromosikan kekayaan seni, budaya, serta membangun kolaborasi antar daerah.
Awalnya, kegiatan ini dikenal dengan nama Indonesia Creative Cities Conference (ICCC). Kemudian, namanya berubah menjadi ICCF saat diselenggarakan di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 2018. Hal ini untuk mengakomodasi berbagai acara seperti festival, pameran, dan lokakarya bersama masyarakat luas.
Hingga saat ini, sejumlah kota/kabupaten kreatif telah menjadi tuan rumah ajang berkumpulnya para pelaku ekonomi kreatif ini. Mulai dari Surakarta pada 2015, Malang pada 2016, Makassar pada 2017, kemudian Sleman pada 2018, Ternate pada 2019, Denpasar pada 2020, Tangerang Selatan pada 2024, dan Malang Raya pada tahun ini.
Untuk gelaran ICCF 2025 di Malang Raya sendiri, ICCN berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, serta komunitas kreatif lokal seperti Malang Creative Fusion (MCF) untuk Kota Malang, Batu Creative Hub (BCH) untuk Kota Batu, dan Ngalam Coret Creative Network (NCCN) untuk Kabupaten Malang.
“ICCF 2025 di Malang Raya akan mengusung tema besar, yakni “Nusantaraya: Dari Malang Raya untuk Nusantara”. Kegiatan ini mengedepankan prinsip kolaborasi, keberlanjutan, dan peran aktif komunitas dalam pembangunan kota/kabupaten kreatif,” ungkap Koordinator MCF, Dadik Wahyu Chang, dalam keterangannya.
Ia menjelaskan bahwa tema “Nusantaraya” tersebut memiliki makna semangat kolektif yang mengalir dari akar budaya Indonesia, sebuah ruang perjumpaan, kolaborasi, dan inovasi lintas pulau, generasi, dan komunitas. Melalui tema ini, dia berharap gelaran ICCF 2025 di Malang Raya dapat menjadi panggung perayaan dan kolaborasi yang menegaskan bahwa budaya adalah fondasi pembangunan berkelanjutan.
Secara khusus, dia mengatakan bahwa pihaknya memiliki misi besar untuk mendorong Jawa Timur sebagai Provinsi Kreatif. Misi ini, kata dia, mengingat Jawa Timur merupakan salah satu dari 12 provinsi prioritas pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia yang memiliki modalitas tinggi untuk komersialisasi kekayaan intelektual.
“Dengan potensi jejaring ekonomi kreatif yang kuat di Jawa Timur, yang mencakup 24 jejaring ICCN di berbagai kota dan kabupaten, provinsi ini memiliki basis solid untuk menjadi pusat kreativitas,” ungkap Dadik yang juga merupakan pendiri UTERO Indonesia, perusahaan jasa kreatif yang bergerak di bidang advertising, branding, dan rebranding.
Dalam gelaran ICCF 2025 ini, dia juga mengungkapkan bahwa akan ada berbagai kegiatan ekonomi kreatif yang terdiri dari empat agenda utama, yakni Conference, City Tour, Creative Festival, dan Kongres. Rangkaian acara ini akan berlangsung selama empat hari, dari Kamis, 6 November hingga Minggu, 9 November 2025.
Berbagai kegiatan ekonomi kreatif, dengan empat agenda utama yakni, Conference, City Tour, Creative Festival, dan Kongres, bakal memeriahkan gelaran ICCF 2025 di Malang Raya pada 6-9 November 2025.
Untuk di Kota Malang sendiri, lanjut Dadik, semua kegiatannya akan dipusatkan di Malang Creative Center (MCC). Adapun di Kota Batu akan tersebar di sejumlah titik, salah satunya di Kampung Ekonomi Kreatif Rejoso. Untuk di Kabupaten Malang juga akan berlangsung di beberapa titik, salah satunya di Kawasan Ekonomi Khusus Singhasari.
“Target audiens sangat beragam, mencakup 1.000 perwakilan jejaring ICCN dari 240 kota/kabupaten, 500 pengisi acara dan panitia, 500 perwakilan dari kabupaten/kota di Jawa Timur, 250 perwakilan dari kementerian Republik Indonesia, serta 15.000 audiens umum dari seluruh Jawa Timur,” ungkapnya.
Melalui pendekatan collective impact, Dadik mengatakan, ICCF 2025 juga diharapkan dapat menjadi sinergi antar berbagai pemangku kepentingan. Mulai dari pelaku ekonomi kreatif, pemerintah pusat dan daerah, komunitas kreatif, akademisi, pelaku usaha, media, lembaga keuangan, dan agregator. Tujuannya, kata dia, adalah bagaimana menciptakan dampak nyata bagi ekosistem kreatif Indonesia secara menyeluruh.
Menurutnya, setiap kota, setiap budaya, dan setiap karya adalah bagian dari mozaik besar Nusantaraya—sebuah ruang kreatif yang saling terhubung dan saling memperkuat. Untuk itu, Dadik mengatakan, ICCF 2025 menegaskan bahwa keberagaman bukan sekadar identitas, melainkan kekuatan strategis dalam membangun kota-kota yang tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan. “Mari bersama menghidupkan Nusantaraya, sebuah visi kreatif kolektif untuk Indonesia yang inklusif, lestari, dan penuh inovasi,” tuturnya.