Pada perang dunia II, Jepang kalah dan hancur lebur karena dibom atom oleh tentara sekutu. Yang pertama, bom atom dijatuhkan pada tanggal 6 Agustus 1945 di Kota Hiroshima. Yang kedua, bom atom dijatuhkan pada tanggal 9 Agustus 1945 di Kota Nagasaki. Akhirnya, pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah dan mengakui kekalahan kepada tentara sekutu. Dan sepenuhnya Jepang mematuhi Deklarasi Potsdam. Pidato penyerahan ini dibacakan langsung oleh Kaisar Hirohito melalui siaran radio di seantero Jepang. Sebelum pidato penyerahan kekalahan dibacakan oleh Kaisar Hirohito, sebenarnya sempat ada upaya kudeta dari beberapa jendral tentara Jepang yang menolak menyerah dan mengakui kekalahan kepada tentara sekutu. Namun upaya kudeta tersebut berhasil digagalkan oleh Kaisar Hirohito.
Beberapa saat setelah membacakan pidato penyerahan kekalahan kepada tentara sekutu, Kaisar Hirohito kemudian memanggil beberapa jendral tentara yang masih setia kepadanya. Kemudian, secara tegas memerintahkan kepada para jendralnya yang masih tersisa, untuk mendata dan mengumpulkan para guru yang masih hidup di seluruh Jepang. Hingga tercatat sebanyak kurang lebih 45.000 orang guru di seluruh Jepang. Kemudian, Kaisar Hirohito memberikan perintah yang singkat, padat dan jelas. Jepang harus segera bangkit, para guru di seluruh Jepang harus menjadi tumpuan utama kebangkitan Jepang. Bangunlah Jalan Baru Pendidikan!
Kaisar Hirohito sangat menyadari, bahwa kekalahan total dan kehancuran Jepang terutama diakibatkan oleh karena rakyat Jepang tidak mau belajar dengan sebaik-baiknya. Disebabkan karena kebodohan dan kecerobohan, yang bersumber dari rasa percaya diri yang berubah menjadi keangkuhan untuk tidak mau belajar lebih giat. Para guru dipinggirkan, tentara atau prajurit yang diutamakan. Hingga seluruh negeri terlalu bodoh dan ceroboh terseret dalam pusaran perang dunia II, yang telah membawa kehancuran total bagi Jepang. Kaisar Hirohito sadar betul, dan tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Itulah kenapa setelah negeri Jepang hancur lebur dibom atom oleh tentara sekutu, Kaisar Hirohito memilih Jalan Kebangkitan Jepang dengan cara Membangun Jalan Baru Pendidikan.
Hanya berselang 20 tahun kemudian, yaitu sekitar tahun 1965, Jepang berhasil bangkit menjadi negara maju dan berkembang. Bahkan berhasil melampaui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Tepat dua hari setelah Kaisar Hirohito menyampaikan pidato penyerahan kekalahan Jepang kepada tentara sekutu. Jalan Baru Pendidikan yang dipilih oleh Kaisar Hirohito terbukti telah mampu menjadikan Jepang bangkit dari kehancuran total setelah dibom atom oleh tentara sekutu. Hingga saat ini, Jalan Baru Pendidikan di Jepang terus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Termasuk memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi yang ada di dunia saat ini. Namun, Jepang tidak pernah kehilangan Jati Diri, Budaya dan Karakter Bangsanya. Lantas, bagaimana dengan pendidikan di Indonesia saat ini?
Mempertanyakan hal-hal yang terkait dengan pendidikan di Indonesia saat ini, bukanlah sekedar upaya untuk mencari-cari kesalahan atau kekurangan yang masih ada. Serta mengambil pelajaran atau pengalaman dari sejarah Jalan Baru Pendidikan yang dilaksanakan oleh Jepang, bukanlah sebuah upaya membanding-bandingkan yang mengandung pesimisme atau skeptisme. Juga bukan upaya untuk mencontek secara mentah-mentah perihal Jalan Baru Pendidikan yang sudah berhasil dijalankan oleh Jepang untuk membangun bangsa dan negaranya. Kita mempertanyakan, karena kita sedang membangun ruang-ruang koreksi yang berorientasi pada terlahirnya solusi dan inovasi untuk membangun pendidikan di Indonesia.
Dengan kembali berani mempertanyakan pendidikan di Indonesia, sebenarnya kita sedang berusaha untuk menstimulasi keberanian diri sendiri, agar segera berani mengambil langkah-langkah kongkrit untuk membangun Jalan Baru Pendidikan ala Bangsa Indonesia. Yang bisa jadi Jalan Baru Pendidikan ala Pancasila. Atau bisa jadi Jalan Baru Pendidikan ala Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Atau Jalan Baru Pendidikan ala apa sajalah, yang mampu benar-benar berdampak menuju kemajuan, kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bagaimana rumusan Jalan Baru Pendidikan di Indonesia? Dari mana memulai Jalan Baru Pendidikan di Indonesia? Siapa yang harus memulai dan menggerakkannya? Serta berbagai pertanyaan kritis lainnya bisa kita ajukan bersama. Tentu, yang diharapkan adalah Solusi dan Inovasi. Bukan saling tuding lempar kritikan dan kesalahan. Juga bukan untuk saling merendahkan atau menjatuhkan.
JABRIK (Jalan Baru Pendidikan) akan menjadi ruang pertemuan untuk diskusi secara sehat, cerdas dan saling mencerahkan di Rumah Budaya Ratna (RBR) Kota Malang. Yang akan dilaksanakan setiap hari Senin malam, pukul 19.00 WIB, bersama Prof. Djoko Saryono sebagai pemantik diskusi. Setiap hasil diskusi akan ditulis dengan sedatail-detailnya. Hingga kumpulan hasil diksusi yang akan dilaksanakan secara rutin dua minggu sekali ini, bisa kita jadikan Buku JABRIK (Jalan Baru Pendidikan). Siapapun boleh menyampaikan ide, gagasan dan pemikiran. Akan lebih baik lagi, jika setiap penyampaian ide, gagasan dan pemikirannya, juga disertai dengan tulisan yang terkait. Bisa berupa Esai, Opini ataupun hasil kajian dan penelitian yang terkait dengan JABRIK (Jalan Baru Pendidikan). Acara ini terbuka untuk umum. Gratis. Tanpa syarat apapun. Jadi, siapapun boleh ikut hadir langsung dan berpartisipasi.
Ruang JABRIK ini hanyala sebuah inisiatif sederhana. Bisa jadi sebuah pemantik api, yang diharapkan mampu mengobarkan obor suluh pencerahan bagi Pendidikan di Indonesia. Apakah ada sebuah negara yang bisa lebih maju, berkembang dan berjaya, tanpa adanya pendidikan yang sebaik-baiknya? Tidak ada!