Aksi solidaritas bertajuk “NGALAMALANG: Sound of Humanity” segera hadir di Malang Raya sebagai wujud nyata dukungan bagi pemulihan pascabencana di Sumatra. Dikemas dalam festival musik dan seni lintas genre, kegiatan ini mempertegas semangat persatuan berbagai komunitas demi misi kemanusiaan.
Mengusung tema “Satu Rasa, Satu Jiwa, Untuk Sumatra”, perhelatan ini akan berlangsung di SM Boomi Carnival, Kota Malang, pada Jumat, 19 Desember 2025. Dimulai pukul 13.00 hingga 22.00 WIB, acara akan memadukan konser musik dengan lelang merchandise para musisi yang seluruh hasilnya didedikasikan bagi korban bencana.
Ketua Pelaksana NGALAMALANG: Sound of Humanity, Jadmiko Adi W, menjelaskan bahwa lelang merchandise ini merupakan bentuk partisipasi personal para musisi dalam aksi kemanusiaan. Langkah ini sekaligus membuka ruang bagi penggemar untuk ikut berdonasi dengan cara yang lebih bermakna guna menambah pundi-pundi bantuan bagi Sumatra.
“Saat acara nanti, selain berdonasi melalui transfer dan QRIS, masyarakat juga bisa berkontribusi lewat lelang merchandise para musisi. Seluruh hasilnya akan kami salurkan sepenuhnya untuk korban bencana di Sumatra,” ujar Jadmiko dalam sesi Technical Meeting di Cafe Bunker Gedong Ijen, pada Selasa, 16 Desember 2025.
Dari sekian banyak pengisi acara, band alternative rock Red Valley menjadi salah satu penampil yang siap melepas koleksi merchandise eksklusif mereka. Band yang berdiri sejak 31 Mei 2024 ini bakal melelang paket lengkap mulai dari koleksi apparel seperti T-shirt dan topi, hingga rilisan fisik CD album dan berbagai aksesori unik lainnya.
Public Relation Red Valley, Melancholia Anastasia, mengungkapkan bahwa aksi ini adalah bentuk empati mendalam terhadap situasi sulit yang dialami saudara-saudara di Sumatra. Ia berharap hasil lelang tersebut dapat memberikan kontribusi nyata dalam meringankan beban para korban terdampak.
Setiap merchandise yang dilelang dipastikan membawa semangat solidaritas yang sejalan dengan visi utama festival musik dan seni ini. Bagi Red Valley, setiap rupiah yang terkumpul nantinya akan memberikan dampak besar bagi proses pemulihan pascabencana di tanah Sumatra.
Lebih lanjut, Melancholia menyampaikan bahwa Red Valley menitipkan pesan penting bagi masyarakat Malang Raya yang akan memadati area festival. Ia mengingatkan agar esensi kemanusiaan dari kegiatan ini tidak terlupakan di tengah keriuhan penampilan para bintang tamu.
Ia menegaskan bahwa kehadiran masyarakat seharusnya tidak sekadar untuk bersenang-senang atau menikmati suguhan musik semata. Momen ini diharapkan menjadi ruang untuk menumbuhkan empati kolektif di tengah duka yang sedang menimpa sesama anak bangsa.
“Kami harap masyarakat tidak menganggap konser ini sebagai ajang euforia saja,” tegas Anastasia. Menurutnya, acara ini harus menjadi momentum perenungan bagi setiap pengunjung untuk menunjukkan kepedulian nyata terhadap korban bencana di Sumatra.
Sebagaimana diketahui, panggung “Sound of Humanity” sendiri akan dimeriahkan oleh deretan musisi Malang Raya dari berbagai latar belakang, mulai dari folk yang puitis hingga rock yang legendaris. Mereka siap memukau penonton sekaligus menyumbangkan barang koleksi pribadi mereka untuk dilelang.
Salah satu penampilan utama yang paling dinantikan adalah kolaborasi spesial antara Bagava x Iksan Skuter. Iksan Skuter adalah musisi folk-rock yang dikenal dengan lirik-liriknya yang kritis, puitis, dan kental dengan isu sosial, yang akan berpadu energi dengan Bagava dalam sebuah kolaborasi yang unik dan penuh pesan.
Kehadiran Anto Baret juga menjadi magnet tersendiri dalam aksi kemanusiaan ini. Beliau merupakan tokoh senior dan legenda dalam dunia musik underground Indonesia, khususnya di Malang Raya, yang kehadirannya selalu dinanti-nantikan sebagai simbol otentisitas musik yang tak lekang oleh waktu.
Energi tak terbatas juga akan disuguhkan oleh Begundal Lowokwaru yang dikenal dengan musik ska-punk enerjik mereka. Dengan lirik-lirik yang dekat dengan kehidupan anak muda, mereka selalu berhasil membakar semangat persatuan di antara penonton yang hadir di lokasi.
Representasi keberagaman musik Malang akan dibawa oleh Tani Maju yang dikenal dengan penampilan khas, serta band rock D’Kross. D’Kross memiliki basis penggemar setia dan kerap menyuarakan semangat persatuan, membuat setiap aksi panggung mereka selalu terasa sangat monumental.
Festival ini juga menghadirkan warna musik lain seperti Arca Tatasawara yang mengusung genre unik gabungan modern dan kearifan lokal. Sementara itu, Karat, Red Valley, hingga Vespherya siap memberikan penampilan rock yang kuat serta menjanjikan hentakan musik menggelegar di sela-sela sesi lelang nantinya.
Aksi solidaritas ini didukung penuh oleh musisi lain yang secara sukarela menyumbangkan aksi panggung mereka. Mereka adalah Tropical Forest, Nganchuk Crew, Arema Voice, Green Master, Ishokuichi, Kastil, The Binals, Pagi Tadi, Fallen to Pieces, dan Eternal Disko.
Tak hanya dimeriahkan oleh musisi, seluruh rangkaian acara termasuk sesi lelang akan dipandu oleh deretan MC enerjik seperti Vivi Mambo, Icha, Dadang, Boncel, Karin, Okta, Taufik, dan Toni Gentong. Untuk berpartisipasi, kegiatan ini tetap mengusung konsep masuk melalui “Donasi Terbaik Umak” via QRIS resmi NGALAMALANG atau transfer via rekening BCA 0620776572 atas nama Jadmiko Adi W..
Jadmiko mengungkapkan bahwa kegiatan ini lebih dari sekadar festival musik dan seni biasa. Menurutnya, ini adalah momentum penting untuk menunjukkan kepedulian bersama terhadap korban bencana di Sumatra yang lahir dari keprihatinan bersama atas musibah tersebut.
Ia menjelaskan bahwa alasan utama digelarnya kegiatan ini adalah panggilan murni dari nurani kemanusiaan. Bencana besar yang menewaskan ribuan jiwa tersebut memanggil semua kalangan di Malang Raya untuk bersolidaritas karena jarak jauh tidak memisahkan rasa persaudaraan sesama anak bangsa.
Oleh karena itu, keterlibatan berbagai komunitas dalam aksi lelang dan konser ini dianggap sangat esensial untuk mendorong gerakan yang lebih masif. Melalui ruang ekspresi seni, masyarakat dapat berpartisipasi memberikan dukungan nyata bagi pemulihan saudara-saudara kita di Sumatra.
Sebagai penutup, Jadmiko menegaskan bahwa seluruh rangkaian kegiatan ini bersifat sukarela dan tanpa mencari keuntungan sepeser pun. Semua pihak mulai dari musisi, penyedia sistem suara, pencahayaan, hingga tim produksi berkontribusi secara gratis demi kelancaran misi kemanusiaan ini.























