EPOCHSTREAM – Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafii menyampaikan ceramah dalam Kuliah Ramadan di Masjid Al Munawwar, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) RI, Jakarta, pada Selasa, 4 Maret 2025.
Dalam tausiyahnya, Wamenag mengingatkan pentingnya memahami tiga fase dalam bulan Ramadan serta bagaimana umat Islam dapat memanfaatkannya sebagai momentum perubahan diri di bulan suci ini.
Romo Muhammad Syafii menjelaskan, untuk sepuluh hari pertama bulan Ramadan, merupakan fase rahmat Allah SWT. Pada fase ini, dia mengatakan umat Islam dianjurkan untuk melakukan introspeksi diri, mengenali kebiasaan buruk, dan mulai memperbaikinya. “Ini adalah fase kasih sayang Allah yang diberikan kepada mereka yang benar-benar ingin berubah,” ujarnya,
Kemudian, pada sepuluh hari kedua bulan Ramadan, Wamenag menjelaskan bahwa fase ini merupakan maghfirah atau ampunan dari Allah. Setelah menyadari kesalahan, kata dia, fase ini menjadi waktu terbaik bagi umat Islam untuk memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) ini juga menjelaskan bahwa dalam fase ini setiap orang diajarkan bahwa mereka selalu memiliki kesempatan untuk kembali kepada Allah selama bersungguh-sungguh dalam taubatnya.
“10 hari terakhir yaitu Pembebasan dari Neraka. Fase terakhir Ramadan adalah waktu untuk memperkuat ibadah, memperbanyak doa, dan memohon perlindungan dari siksa neraka. Umat Islam dianjurkan untuk mempertahankan kebiasaan baik yang sudah dilakukan sejak awal Ramadan agar tetap konsisten setelah bulan suci berakhir,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wamenag mengingatkan bahwa keutamaan Ramadan tidak datang secara otomatis, tetapi harus diperjuangkan. Ia pun mengutip hadis Rasulullah SAW yang menyampaikan bahwa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan haus.
“Artinya, Ramadan tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi harus menjadi momen transformasi spiritual dan moral. Jangan sampai setelah Ramadan, kita kembali ke kebiasaan lama yang buruk. Jika kita ingin menjadi pribadi yang lebih baik, Ramadan adalah saat terbaik untuk memulainya,” ujarnya.
Terakhir, Wamenag mengajak seluruh jamaah untuk menjadikan Ramadan sebagai sarana perbaikan diri agar setelah bulan suci berakhir, kebiasaan baik tetap terjaga. “Semoga Ramadan ini benar-benar mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik,” tuturnya.