Aksi solidaritas bertajuk “NGALAMALANG: Sound of Humanity” yang digelar di Lapangan SM Boomi Carnival pada Jumat, 19 Desember 2025, dipastikan bakal berlangsung penuh emosi. Tak sekadar menyuguhkan aksi panggung dari deretan musisi Malang Raya, perhelatan ini juga menjadi wadah penggalangan dana melalui lelang merchandise spesial dari para penampil.
Dalam acara yang mengusung semangat “Satu Rasa, Satu Jiwa, Untuk Sumatra” ini, para musisi sepakat melepas koleksi berharga mereka demi misi kemanusiaan. Salah satunya adalah band alternative rock Red Valley yang telah menyiapkan paket merchandise lengkap, mulai dari T-shirt dan CD album M, hingga aksesori personal seperti korek api serta pick gitar.
Public Relation Red Valley, Melancholia Anastasia, menyebut aksi lelang ini sebagai jembatan bantuan bagi mereka yang sangat membutuhkan di Sumatra. “Harapan kami dengan adanya lelang ini, hasilnya bisa sedikit membantu meringankan beban saudara-saudara yang terdampak bencana,” kata Melancholia dalam keterangannya, pada Kamis, 18 Desember 2025.
Seluruh rangkaian teknis pelelangan akan dikelola langsung oleh panitia dan dipandu oleh deretan MC enerjik di atas panggung. Oleh karena itu, Melancholia pun mengajak para penonton untuk bersiap membeli koleksi merchandise Red Valley karena seluruh hasil penjualan akan didonasikan sepenuhnya untuk korban bencana di Sumatra.
Ia menyampaikan bahwa langkah kolektif ini diambil para musisi, termasuk Red Valley, sebagai perwujudan tanggung jawab moral terhadap situasi sulit yang dialami warga di Sumatra. Ia pun berharap melalui barang-barang koleksi tersebut, masyarakat diharapkan tergerak untuk menyalurkan bantuan dengan cara yang lebih berkesan.
Terlepas dari aksi donasi tersebut, Melancholia menambahkan bahwa Red Valley turut menitipkan pesan mendalam bagi seluruh masyarakat Malang Raya yang akan memadati festival ini. Ia berharap kehadiran penonton tidak sekadar untuk menikmati suguhan musik, melainkan menjadi momen penting untuk menumbuhkan empati kolektif di tengah situasi duka.
“Kami harap masyarakat tidak menganggap konser ini sebagai ajang euforia saja, melainkan momen perenungan bersama atas bencana di Sumatra,” tuturnya. Melalui gerakan ini, ia menegaskan bahwa para musisi ingin membuktikan bahwa panggung musik bisa menjadi ruang gerak nyata dalam membantu sesama anak bangsa.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana NGALAMALANG: Sound of Humanity, Jadmiko Adi W, menjelaskan bahwa lelang merchandise ini merupakan bentuk partisipasi para musisi dalam aksi kemanusiaan. Langkah ini sekaligus membuka ruang bagi penggemar untuk ikut berdonasi dengan cara yang lebih bermakna guna menambah pundi-pundi bantuan bagi Sumatra.
“Saat acara nanti, selain berdonasi melalui transfer dan QRIS, masyarakat juga bisa berkontribusi lewat lelang merchandise para musisi. Seluruh hasilnya akan kami salurkan sepenuhnya untuk korban bencana di Sumatra,” ujar Jadmiko dalam sesi Technical Meeting di Cafe Bunker Gedong Ijen, pada Selasa, 16 Desember 2025.
Sebagaimana diketahui, panggung “Sound of Humanity” akan dimeriahkan oleh deretan penampil yang sangat populer dan berpengaruh di skena musik Malang Raya. Musisi dari berbagai latar belakang, mulai dari folk yang puitis hingga rock yang legendaris, siap memukau penonton.
Salah satu penampilan utama yang paling dinantikan adalah kolaborasi spesial antara Bagava x Iksan Skuter. Iksan Skuter adalah musisi folk-rock yang dikenal dengan lirik-liriknya yang kritis, puitis, dan kental dengan isu sosial, yang akan berpadu energi dengan Bagava dalam sebuah kolaborasi yang unik dan penuh pesan.
Kehadiran Anto Baret juga menjadi magnet tersendiri. Beliau merupakan tokoh senior dan legenda dalam dunia musik underground Indonesia, khususnya di Malang Raya. Kehadirannya selalu dinanti-nantikan sebagai simbol otentisitas musik yang tak lekang oleh waktu.
Energi tak terbatas akan disuguhkan oleh Begundal Lowokwaru. Grup ini dikenal dengan musik ska-punk yang sangat energik. Dengan lirik-liriknya yang dekat dengan kehidupan anak muda, mereka selalu berhasil membakar semangat persatuan di antara penonton.
Representasi keberagaman musik Malang Raya akan dibawa oleh Tani Maju, yang dikenal dengan penampilan dan musik yang khas, serta band rock D’Kross. D’Kross memiliki basis penggemar setia dan kerap menyuarakan semangat persatuan, membuat aksi panggung mereka selalu terasa monumental.
Festival ini juga menghadirkan warna musik lain seperti Arca Tatasawara, yang mengusung genre unik yang seringkali menggabungkan unsur modern dengan kearifan lokal. Sementara itu, Karat, Red Valley, hingga Vespherya siap memberikan penampilan rock yang kuat dan energik, menjanjikan hentakan musik yang menggelegar.
Aksi solidaritas ini didukung penuh oleh musisi lain yang secara sukarela menyumbangkan aksi panggung mereka. Mereka adalah Tropical Forest, Nganchuk Crew, Arema Voice, Green Master, Ishokuichi, Kastil, The Binals, Pagi Tadi, Fallen to Pieces, dan Eternal Disko.
Tak hanya dimeriahkan oleh musisi, seluruh rangkaian acara termasuk sesi lelang akan dipandu oleh deretan MC enerjik seperti Vivi Mambo, Icha, Dadang, Boncel, Karin, Okta, Taufik, dan Toni Gentong. Untuk berpartisipasi, kegiatan ini tetap mengusung konsep masuk melalui “Donasi Terbaik Umak” via QRIS resmi NGALAMALANG atau transfer via rekening BCA 0620776572 atas nama Jadmiko Adi W..
Jadmiko mengungkapkan bahwa kegiatan ini lebih dari sekadar festival musik dan seni biasa. Menurutnya, ini adalah momentum penting untuk menunjukkan kepedulian bersama terhadap korban bencana di Sumatra yang lahir dari keprihatinan bersama atas musibah tersebut.
Ia menjelaskan bahwa alasan utama digelarnya kegiatan ini adalah panggilan murni dari nurani kemanusiaan. Bencana besar yang menewaskan ribuan jiwa tersebut memanggil semua kalangan di Malang Raya untuk bersolidaritas karena jarak jauh tidak memisahkan rasa persaudaraan sesama anak bangsa.
Oleh karena itu, keterlibatan berbagai komunitas dalam aksi lelang dan konser ini dianggap sangat esensial untuk mendorong gerakan yang lebih masif. Melalui ruang ekspresi seni, masyarakat dapat berpartisipasi memberikan dukungan nyata bagi pemulihan saudara-saudara kita di Sumatra.
Sebagai penutup, Jadmiko menegaskan bahwa seluruh rangkaian kegiatan ini bersifat sukarela dan tanpa mencari keuntungan sepeser pun. Semua pihak mulai dari musisi, penyedia sistem suara, pencahayaan, hingga tim produksi berkontribusi secara gratis demi kelancaran misi kemanusiaan ini.