ICCF 2025: Senyawa Malang Raya Wujudkan Jawa Timur Creative Province

Para stakeholder Malang Raya menggelar Taklimat Media pada Kamis, 2 Oktober 2025, menegaskan kesiapan kolaborasi tiga wilayah ini (Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang) untuk menjadi tuan rumah Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025, yang bertujuan mewujudkan Jawa Timur sebagai Creative Province.

Dengarkan Berita

Malang Raya mempertegas kesiapannya menjadi tuan rumah Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025 yang akan berlangsung pada 6 – 10 November 2025. Mengusung tema “Nusantaraya – Senyawa Malang Raya”, festival ini merupakan penegasan kolaborasi tiga wilayah—Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang—untuk mendorong Jawa Timur sebagai Creative Province.

Agenda ICCF 2025 akan dibuka secara resmi pada 6 November 2025 di Kota Batu dengan Peresmian Selecta Living Museum, sebuah langkah transformatif yang mengubah warisan historis menjadi ekosistem belajar kreatif yang dinamis.

Sehari setelahnya, 7 November 2025, fokus kembali ke Kota Batu melalui City Tour – Agro Kreatif & Produk Lokal Fest. Kegiatan ini berupa tur kreatif yang menjelajahi potensi pertanian, kuliner, dan wisata edukatif, serta dimeriahkan oleh Produk Lokal Fest dari UMKM dan brand kreatif. Acara ini bertujuan memperkuat identitas gastronomi berbasis alam dan budaya, sekaligus mengawali Road to Batu City of Gastronomy.

Agenda berpindah pada 8 November 2025 ke Malang Creative Center (MCC), Kota Malang, menandai dimulainya Road to Malang City of Media Art. Ada tiga kegiatan yang akan digelar, yakni International Conference “Future Creative Ecosystem: AI, Media Art, and Digital Humanity” yang membahas peran Artificial Intelligence (AI) dalam industri kreatif; Festival Mbois 2025 yang memadukan art installation, music performance, dan creative showcase komunitas muda; serta pembukaan Kongres ICCN yang akan dihadiri lebih dari 260 delegasi dari seluruh Indonesia.

Puncak perayaan ICCF 2025 berlangsung pada 9 November 2025 di Kabupaten Malang melalui momentum Festival Nusantaraya. Festival ini adalah ruang besar bagi ekspresi dan kolaborasi kreatif lintas sektor yang diselenggarakan serentak di tiga titik ikonik: Boon Pring – Bamboo Living Museum (ekowisata dan Pasar Boon Pring), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari (panggung Tech & Digital Creative Showcase), dan salah satu Candi bersejarah (panggung seni dan refleksi budaya Nusantara).

Festival ini adalah simbol pertemuan antara tradisi dan inovasi, warisan budaya, dan teknologi baru. Acara ini ditutup dengan ICCF Awarding Night, Malam penghargaan yang merupakan bentuk apresiasi tertinggi bagi tokoh, komunitas, dan pemerintah daerah penggerak ekosistem kreatif di Indonesia. Lebih dari sekadar seremoni, malam ini adalah perayaan perjuangan baru—perjuangan melalui ide, kolaborasi, dan karya kreatif.

Dalam semangat Hari Pahlawan, ICCF 2025 menegaskan bahwa para pelaku ekonomi kreatif adalah pahlawan masa kini, yang berjuang dengan gagasan, inovasi, dan keberanian untuk membangun Indonesia yang berdaya, mandiri, dan berbudaya.

Rangkaian pernyataan para tokoh di balik ICCF 2025 menggambarkan satu semangat besar bahwa Senyawa Malang Raya bukan hanya perayaan, melainkan gerakan kolektif untuk mewujudkan Jawa Timur sebagai Creative Province. Dari Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang, kreativitas tumbuh, berakar, dan menyebar menjadi kekuatan baru bagi Indonesia.

Sebagai kepala daerah pembuka ICCF 2025, Wali Kota Batu, Nurochman, menegaskan kesiapan kotanya. “Kota Batu siap menjadi tuan rumah ICCF 2025. Kolaborasi Malang Raya adalah kekuatan nyata yang akan mendorong Jawa Timur menjadi Creative Province,” kata dia dalam keterangannya saat acara Taklimat Media pada Kamis, 2 Oktober 2025.

Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batu ini menambahkan, semangat kolaboratif ini merupakan contoh ideal sinergi lintas wilayah yang menempatkan kreativitas sebagai sumber daya utama pembangunan. Batu, dengan identitasnya sebagai kota wisata dan kuliner, kini tengah melangkah menuju Road to Batu City of Gastronomy.

Ketua Umum Indonesia Creative Cities Network (ICCN), TB. Fiki C. Satari, menegaskan bahwa ICCF 2025 adalah simbol konsolidasi civil society untuk mendukung pemerintah dalam membangun bangsa menuju Indonesia Emas. Melalui Nusantaraya, ICCF merepresentasikan bahwa kota-kota mampu berkolaborasi dan bersinergi merayakan keberagaman serta kekayaan Indonesia.

Ketua OC ICCF 2025, Sam Vicky Arief H, menegaskan bahwa ICCF adalah sebuah pergerakan besar. “Dari Malang Raya kita buktikan: Kota Batu dengan potensi gastronomi, Kota Malang dengan media art, dan Kabupaten Malang dengan kekuatan budayanya, bersenyawa mendorong Jawa Timur Creative Province.” Menurutnya, Senyawa Malang Raya adalah representasi model pembangunan berbasis kreativitas: kolaboratif, partisipatif, dan berorientasi pada kemajuan bersama.

Sebagai penggerak ekosistem kreatif di Kota Malang, Dadik Wahyu Chang, menyoroti bagaimana Malang memperkuat posisinya menuju Road to Malang City of Media Art. “Kota Malang memiliki ekosistem kreatif yang matang… Senyawa Malang Raya memperlihatkan bagaimana seni, teknologi, dan ide berpadu menjadi kekuatan kota yang dinamis dan berdaya saing.” Koordinator Malang Creative Fusion (MCF) ini menyebut Malang sebagai “laboratorium ide”.

Dari sisi ekosistem pelaku kreatif, Koordinator Batu Creative Hub (BCH), Alan Wahyu Hafiludin, menegaskan bahwa Kota Batu kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi kota gastronomi dunia. “Agro Creative Tour dan Produk Lokal Fest menegaskan Road to Batu City of Gastronomy. Batu sedang membangun ekosistem kreatif yang berakar kuat namun berwawasan global,” ungkapnya.

Sebagai representasi pelaku akar rumput, Boim, Koordinator Kalangan dari Kabupaten Malang, menghadirkan perspektif yang membumi. “Kabupaten Malang adalah tanah budaya, ruang di mana tradisi hidup berdampingan dengan kreativitas baru… Di sini, kreativitas tumbuh dari bawah dan menjelma menjadi gerakan Desa Kreatif.” Menurutnya, Festival Nusantaraya menjadi cermin nyata dari wajah Kabupaten Malang. Ia menyebut bahwa Desa Kreatif bukan hanya program, melainkan cara hidup—sebuah gerakan.

Artikel Lainnya

NGALAMALANG: Sound of Humanity, Aksi Solidaritas Lintas Komunitas Malang untuk Sumatra

Distorsi Tanpa Ampun! Red Valley hingga Brigade 07 “Bakar” Panggung Maximum Voltage II

Malang Kembali ‘Bising’! Maximum Voltage II Bakal Guncang Hi 5 Lounge dengan Voltase Penuh