Tupperware, merek ikonik asal Amerika Serikat yang dikenal dengan produk wadah penyimpanan makanan berwarna-warni, secara resmi mengajukan kebangkrutan pada tahun 2023 setelah mengalami kesulitan keuangan selama beberapa tahun terakhir.
Sejak pendiriannya pada pertengahan abad ke-20, Tupperware telah menjadi simbol kemakmuran dan inovasi dalam penyimpanan makanan. Namun, berbagai faktor, seperti perubahan pasar, persaingan yang ketat, dan transisi perdagangan daring, mengakibatkan penurunan penjualan dan kesulitan finansial yang akhirnya berujung pada kebangkrutan .
Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan Tupperware
Perubahan Preferensi Konsumen dan Persaingan Pasar
Satu di antara penyebab utama kebangkrutan Tupperware adalah perubahan preferensi konsumen dalam memilih produk rumah tangga. Pasar saat ini dipenuhi dengan berbagai pilihan alternatif dari produsen baru yang menawarkan produk sejenis dengan harga yang lebih terjangkau.
Perusahaan seperti Rubbermaid, Pyrex, dan produk serupa dari Asia mulai mendominasi pasar dengan desain yang lebih modern, harga lebih kompetitif, serta memanfaatkan platform daring yang lebih efisien .
Selain itu, pola konsumsi masyarakat telah bergeser dari belanja langsung ke belanja daring. Tupperware yang sebelumnya mengandalkan “Tupperware Party” sebagai strategi penjualan langsung, tampak kurang adaptif terhadap e-commerce yang berkembang pesat.
Di tengah ekspansi besar-besaran perdagangan daring, merek yang sebelumnya terkenal ini kalah bersaing dengan pemain lain yang lebih terintegrasi dengan ekosistem digital .
Penurunan Penjualan yang Konsisten
Data menunjukkan bahwa sejak akhir tahun 2021, Tupperware mengalami penurunan penjualan selama enam kuartal berturut-turut. Penurunan ini mencerminkan ketidakmampuan perusahaan dalam merespons perubahan pasar dan gagal menarik konsumen baru, terutama di kalangan generasi muda yang lebih memilih kenyamanan belanja daring. Penurunan ini diperparah oleh kurangnya inovasi signifikan dalam produk-produk Tupperware, yang semakin membuat mereka kehilangan daya saing .
Model Bisnis yang Usang
Strategi penjualan langsung melalui “Tupperware Party” yang sangat populer pada tahun 1950-an tidak lagi relevan di era digital. Meskipun pada masanya metode ini berhasil mempopulerkan Tupperware sebagai simbol kemakmuran, saat ini konsumen lebih memilih kemudahan belanja secara daring tanpa harus menghadiri acara penjualan fisik. Kegagalan Tupperware dalam mengubah model bisnis ini menuju strategi yang lebih modern adalah salah satu penyebab utama merosotnya performa perusahaan .
Dampak Pandemi dan Perubahan Ekonomi Global
Pandemi COVID-19 mempercepat perubahan perilaku konsumen yang beralih ke belanja daring, sekaligus memengaruhi kondisi ekonomi global. Tupperware, yang sudah mengalami kesulitan, semakin terpuruk dengan adanya tantangan logistik, peningkatan biaya produksi, dan penurunan daya beli masyarakat akibat krisis ekonomi yang terjadi selama pandemi. Di sisi lain, perusahaan tidak cukup cepat beradaptasi untuk meningkatkan kehadiran digital dan memperbaiki rantai pasokan mereka .
Penutupan Pabrik dan Pemutusan Hubungan Kerja
Pada bulan Juni 2023, Tupperware mengumumkan penutupan pabrik terakhirnya di Amerika Serikat dan memberhentikan lebih dari 100 karyawan. Langkah ini merupakan indikasi jelas dari kesulitan finansial perusahaan.
Penutupan fasilitas produksi domestik ini menunjukkan bahwa Tupperware tidak mampu mempertahankan operasi di tengah biaya operasional yang terus meningkat dan pendapatan yang menurun . Kondisi ini semakin memperlemah posisi perusahaan di pasar global .
Manajemen yang Tidak Efisien
Meskipun memiliki sejarah panjang dalam industri, Tupperware mengalami beberapa kegagalan manajemen dalam menghadapi tantangan modern. Keputusan strategis yang lambat, kurangnya inovasi, dan ketidakmampuan untuk merespons perubahan cepat dalam pasar global menjadi faktor yang turut mempercepat keruntuhan perusahaan.
Peringatan “keraguan besar” dari manajemen perusahaan pada tahun 2022 mengenai kemampuan mereka untuk terus beroperasi merupakan indikasi bahwa masalah manajerial internal telah berlangsung cukup lama .
Kesimpulan
Kebangkrutan Tupperware merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor, termasuk ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan pasar, meningkatnya persaingan, model bisnis yang usang, serta pengelolaan manajemen yang kurang efektif.
Di tengah perkembangan teknologi dan e-commerce, Tupperware tidak mampu menyesuaikan diri dengan keinginan dan kebutuhan konsumen modern . Penutupan pabrik terakhir mereka dan upaya menjual bisnis ini menjadi tanda akhir dari sebuah era bagi perusahaan yang pernah menjadi ikon di industri rumah tangga global .
Pembelajaran yang dapat dipelajari
Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi Start up, UMKM, dan UMB untuk selalu melakukan riset dan inovasi, beradaptasi dengan perkembangan teknologi, dan belajar memahami perubahan perilaku konsumen, supaya bisnis Anda tetap kompetitif di era digital .
Referensi:
1. Bloomberg. (2023). “Tupperware Faces Bankruptcy Amid Debt Crisis.”
2. CNBC. (2023). “Tupperware Warns It Could Go Bust Without Fresh Financing.”
3. The Guardian. (2023). “Iconic Tupperware Brand Struggles Amid Changing Consumer Habits.”
4. Financial Times. (2023). “Tupperware’s Struggle Against E-commerce Competitors.”
5. Harvard Business Review. (2022). “Why Legacy Brands Like Tupperware Fail to Innovate in the Digital Age.”
6. Forbes. (2023). “The Demise of Tupperware: Lessons from a Once-Booming Brand.”
7. Reuters. (2023). “Tupperware’s Failure to Compete with E-commerce Giants.”
8. Business Insider. (2022). “Tupperware Sales Fall for the Sixth Straight Quarter.”
9. The Wall Street Journal. (2022). “Tupperware and the Challenges of Attracting Young Consumers.”
10. MarketWatch. (2022). “Tupperware’s Failure to Innovate: A Lesson for Legacy Companies.”
11. Time. (2023). “How Tupperware Parties Became Obsolete in the Digital Age.”
12. The New York Times. (2023). “Tupperware’s Direct Selling Model Is No Longer Viable in the Age of E-commerce.”
13. BBC. (2023). “How the Pandemic Hastened the Decline of Tupperware.”
14. CNBC. (2023). “Tupperware and the Challenges of Adapting to the Post-COVID Economy.”
15. NPR. (2023). “Tupperware to Close Last U.S. Plant Amid Financial Struggles.”
16. The Independent. (2023). “Tupperware Layoffs Signal Larger Financial Crisis.”
17. Bloomberg. (2023). “Tupperware to Shut Down Operations in North America.”
18. Harvard Business Review. (2023). “The Mismanagement Behind Tupperware’s Collapse.”
19. Business Insider. (2022). “Tupperware Warns Investors of Major Financial Uncertainty.”
20. CNBC. (2023). “What Tupperware’s Bankruptcy Filing Means for the Future of Legacy Brands.”
21. The Guardian. (2023). “End of an Era: Tupperware’s Fall from Grace.”
22. Forbes. (2023). “How Traditional Companies Can Survive the Digital Revolution: Lessons from Tupperware.”
***
Penulis:
Harry Waluyo, Fasilitator ICH-UNESCO untuk wilayah Asia Pasifik